Ditulis oleh: Anne Ahira
"Siapapun
bisa marah. Marah itu mudah. Tetapi, marah pada orang yang tepat, dengan kadar
yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang
benar, dan dengan cara yg baik, bukanlah
hal mudah."
-- Aristoteles, The Nicomachean Ethics.
-- Aristoteles, The Nicomachean Ethics.
Mampu menguasai emosi, seringkali
orangn menganggap remeh pada masalah ini. Padahal, kecerdasan tak saja tidak cukup menghantarkan seseorang
mencapai kesuksesan.
Justru, pengendalian emosi yang
baik menjadi faktor penting penentu mkesuksesan hidup seseorang.
Kecerdasan emosi adalah sebuah gambaran mental dari seseorang yang cerdas dalam menganalisa, merencanakan dan menyelesaikan masalah, mulai dari yang ringan hingga kompleks.
Kecerdasan emosi adalah sebuah gambaran mental dari seseorang yang cerdas dalam menganalisa, merencanakan dan menyelesaikan masalah, mulai dari yang ringan hingga kompleks.
Dengan kecerdasan ini, seseorang bias
memahami, mengenal, dan memilihkualitas mereka sebagai insan manusia. Orang
yang memiliki kecerdasan emosi bisa memahami orang lain dengan baik dan membuat
keputusan dengan bijak.
Lebih dari itu, kecerdasan ini
terkait erat dengan bagaimana seseorang dapat mengaplikasikan apa yang ia
pelajari tentang kebahagiaan, mencintai dan berinteraksi dengan sesamanya.
Ia pun tahu tujuan hidupnya, dan
akan bertanggung jawab dalam segala hal yang terjadi dalam hidupnya sebagai
bukti tingginya kecerdasan emosi yang dimilikinya.
Kecerdasan emosi lebih terfokus
pada pencapaian kesuksesan hidup yang *tidak tampak*.
Kesuksesan bisa tercapai ketika seseorang bisa membuat kesepakatan dengan melibatkan emosi, perasaan dan interaksi dengan sesamanya.
Kesuksesan bisa tercapai ketika seseorang bisa membuat kesepakatan dengan melibatkan emosi, perasaan dan interaksi dengan sesamanya.
Terbukti, pencapaian kesuksesan
secara materi tidak menjamin kepuasan hati seseorang. Di tahun 1990, Kecerdasan
Emosi (yang juga dikenal dengan sebutan "EQ"), dikenalkan melalui
pasar dunia.
Dinyatakan bahwa kemampuan
seseorang untuk mengatasi dan menggunakan emosi secara tepat dalam setiap
bentuk interaksi lebih dibutuhkan daripada kecerdasan otak (IQ) seseorang.
Sekarang, mari kita lihat,
bagaimana emosi bisa mengubah segala keterbatasan menjadi hal yang luar
biasa....
Seorang miliuner kaya di Amerika Serikat, Donald Trump, adalah contoh apik dalam hal ini. Di tahun 1980 hingga 1990, Trump dikenal sebagai pengusaha real estate yang cukup sukses, dengan kekayaan pribadi yang diperkirakan sebesar satu miliar US dollar.
Seorang miliuner kaya di Amerika Serikat, Donald Trump, adalah contoh apik dalam hal ini. Di tahun 1980 hingga 1990, Trump dikenal sebagai pengusaha real estate yang cukup sukses, dengan kekayaan pribadi yang diperkirakan sebesar satu miliar US dollar.
Dua buku berhasil ditulis pada
puncak karirnya, yaitu "The Art of The Deal dan
Surviving at the Top". Namun jalan yang dilalui Trump tidak
selalu mulus...
Arafat ingat depresi yang melanda
dunia di akhir tahun 1990? Pada saat itu harga saham properti pun ikut anjlok dengan
drastis. Hingga dalam waktu semalam, kehidupan Trump menjadi sangat
berkebalikan.
Trump yang sangat tergantung pada bisnis propertinya ini harus menanggung hutang sebesar 900 juta US Dollar! Bahkan Bank Dunia sudah memprediksi kebangkrutannya.
berkebalikan.
Trump yang sangat tergantung pada bisnis propertinya ini harus menanggung hutang sebesar 900 juta US Dollar! Bahkan Bank Dunia sudah memprediksi kebangkrutannya.
Beberapa temannya yang mengalami
nasib serupa berpikir bahwa inilah akhir kehidupan mereka, hingga benar-benar mengakhiri
hidupnya dengan cara bunuh diri.
Di sini kecerdasan emosi Trump benar-benar
diuji. Bagaimana tidak, ketika ia mengharap simpati dari mantan istrinya, ia
justru diminta memberikan semua harta yang tersisa sebagai ganti rugi
perceraian mereka.
Orang-orang yang dianggap sebagai teman dekatnya pun pergi meninggalkannya begitu saja. Alasan yang sangat mendukung bagi Trump untuk putus asa dan menyerah pada hidup. Namun itu tidak dilakukannya.
Trump justru memandang bahwa ini kesempatan untuk bekerja dan mengubah keadaan. Meski secara finansial ia telah kehilangan segalanya, namun ada "intangible asset" yang tetap dimilikinya.
Orang-orang yang dianggap sebagai teman dekatnya pun pergi meninggalkannya begitu saja. Alasan yang sangat mendukung bagi Trump untuk putus asa dan menyerah pada hidup. Namun itu tidak dilakukannya.
Trump justru memandang bahwa ini kesempatan untuk bekerja dan mengubah keadaan. Meski secara finansial ia telah kehilangan segalanya, namun ada "intangible asset" yang tetap dimilikinya.
Ya, Trump memiliki pengalaman dan pemahaman bisnis yang kuat,
yang jauh lebih berharga dari semua hartanya yang pernah ada!
Apa yang
terjadi selanjutnya?
Fantastis, enam bulan kemudian
Trump sudah berhasil membuat kesepakatan terbesar dalam sejarah bisnisnya.
Tiga tahun berikutnya, Trump
mampu mendapat keuntungan sebesar US$3 Milliar. Ia pun berhasil menulis kembali
buku terbarunya yang diberi judul "The Art of The
Comeback".
Dalam bukunya ini Trump bercerita
bagaimana kebangkrutan yang menimpanya justru menjadikannya lebih bijaksana, kuat
dan fokus daripada sebelumnya.
Bahkan ia berpikir, jika saja
musibah itu tidak terjadi, maka ia tidak akan pernah tahu teman sejatinya dan
tidak akan menjadikannya lebih kaya dari yang sebelumnya. Luar biasa bukan? Kecerdasan Emosi memberikan seseorang keteguhan
untuk bangkit dari kegagalan, juga mendatangkan kekuatan pada seseorang untuk
berani menghadapi ketakutan.
Tidak sama halnya seperti
kecerdasan otak atau IQ, kecerdasan emosi hadir pada setiap org & bisa dikembangkan.
Berikut beberapa tips bagaimana cara mengasah kecerdasan emosi :
Berikut beberapa tips bagaimana cara mengasah kecerdasan emosi :
1.
Selalu hidup dengan
keberanian.
Latihan dan
berani mencoba hal-hal baru akan memberikan beragam pengalaman dan membuka
pikiran dengan berbagai kemungkinan lain dalam hidup.
2.
Selalu bertanggung jawab
dalam segala hal.
Ini akan
menjadi jalan untuk bias mendapatkan kepercayaan orang lain dan mengendalikan kita untuk tidak mudah menyerah. "being accountable is being dependable"
3.
Berani keluar dari zona
nyaman.
Mencoba keluar
dari zona nyaman akan membuat kita bisa mengeksplorasi banyak hal.
4.
Mengenali rasa takut dan
mencoba untuk menghadapinya.
Melakukan hal
ini akan membangun rasa percaya diri dan dapat menjadi
jaminan bahwa segala sesuatu pasti ada solusinya.
5.
Bersikap rendah hati.
Mau mengakui
kesalahan dalam hidup justru dapat meningkatkan harga diri kita.
So, kuasailah kecerdasan emosi !
Karena mengendalikan emosi
merupakan salah satu faktor penting yang bias mengendalikan Arafat menuju
sukses dan juga menikmati warna-warni kehidupan.
0 komentar:
Posting Komentar